ANATOMI PAYUDARA
DAFTAR ISI
Halaman judul………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang……………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………………..
C. Tujuan Penulisan…………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara…………………………………….
B. Fisiologi laktasi…………………………………………….
C. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI………..
D. Air Susu Ibu (ASI)………………………………………….
E. Masalah-Masalah dalam Pemberian AS…..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha-Esa , karena rahmat dan ridho-Nya Makalah Anatomi Payudara dan
Fisiologi Laktasi ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini
dibuat di tujukan sebagai sumber belajar
walaupun dalam wujudnya yang belum sempurna, makalah ini diharapkan dapat
menjadi sumber belajar bagi pembacanya dan makalah ini di buat sebagai
pemenuhan tugas dari dosen pengampu.
Dalam makalah ini kami memohon
maaf apabila ada kesalahan, menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh sebab itu kami sangat beraharap kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta,
25 November 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi
antara laki-laki dan perempuan fungsinya berbeda. Payudara yang matang adalah
salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis. Payudarah berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber
utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling
penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu
berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di
sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan
kolostrum. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan
berdasarkan permintaan dan kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara teratur
sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan
paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja, yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun
demikian, ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi yang ketat itu, tetap saja
antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya haid pertama setelah
melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat
diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih
banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun
konseling mengenai keluarga berencana.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
struktur anatomi payudara wanita?
2.
Bagaimana
tahap perkembangan payudara?
3.
Bagaimana
fisiologi laktasi?
4.
Bagaimana
perana bidan dalam pemberian ASI?
5.
Apakah
yang diamksud dengan ASI?
6.
Apa
sajakah masalah yang sering ada pada saat menyusui?
C. Tujuan
penulisan
1.
Agar
dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara.
2.
Dan
apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang
bermasalah dalam organ mamaenya masing- masing.
3.
Agar
kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4.
Mengetahui
bagaimana proses dan perawatan laktasi
5.
Agar
kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga
kita atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6.
Khususnya
seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara
Payudarah atau kelenjar mamae adalah kelenjar sksesori
system reproduksi wanita. Organ ini juga ada pria, tetapi tidak berkembang.
Pada wanita, payudarah berukuran kecil dan imatur hingga pubertas .
selanjutnya, payudarah tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh estrogen dan
progesterone. Saat hamil, hormone ini menstimulasi pertumbuhan lebih lanjut.
Setelah bayi lahir, hormone prolactin dari hipofisis anterior menstimulasi
hipofisis posterior untuk memproduksi ASI sebagai respons terhadap stimulasi
putting oleh isapan bayi.
Masing-masing payudarah terdiri atas 20 lobus jaringan
glandula, tiap lobus tersusun dari sejumlah lobules yang menyebar mengeglilingi
puting, puting sendiri adalah struktur kerucut kecil yang menonjol pada
payudarah dan dikelilingi oleh area berpigmen, areola. Pada permukaan areola
terdapat banyak kelenjar sebasca, yang melubrikasi puting saat laktasi. Lobus
terdiri atas sekumpulan alveoli yang terhubung dengan duktus-duktus kecil,
kemudian duktus ini menyentuh membentuk duktus ekskresi yang berukuran lebih
besar, yang disebut duktus laktiferus. Duktus laktiferus berkumpul menuju
tengah payudarah di mana duktus ini membentuk dilatasi atau reservoir air susu.
Duktus ini kemudian bercabang membentuk sinus laktifenis. Jaringan fibrosa
menuju jaringan glandula (kelenjar) dan duktus. Lemak menutupi permukaan
kelenjar dan juga ditemukan di antara lobus.
Payudarah
diperdarah oleh cabang torasik arteri aksila, arteri interkost, dan arteri
mamae internal. Vena yang melalui payudarah dibentuk oleh anastomosis sirkular
di sekitar dasar putting di mana cabang membawa darah vena ke vena
sirkumferens, serta berakhir di vena aksila dan vena mamae. Limfe yang melalui
payudarah terutama berasal dari pembuluh dan nodus limfe aksilaris superfisial.
Saraf
yang mempersaraf payudarah oleh cabang dari saraf torasikis ke-1, 5, dan 6, yang mengandung sarraf simpatik,
terhadap banyak ujung saraf somato-sensori di payudarah, khusus mengelilingi
putting. Saat reseptor sentuhan ini distimulasi oleh isapan, implus dihantarkan
ke hipotalamus dan aliran hormone oksitosin meningkat sehingga meningkatkan
sekresi air susu. Payudarah sendiri hanya aktif keika kehamilan akhir dan
setelah melahirkan, yaitu saat memproduksi air susu (laktasi). Laktasi
distimulasi oleh hormone prolaktim.
(Gambar payudarah)
Puting sendiri memiliki empat
bentuk, yaitu :
1.
Bentuk puting susu normal 3.
Bentuk puting susu panjang
2.
Bentuk puting susu pendek 4. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
B.
Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara
dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi
ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi.
A.
Skema
reflek pada latasi
1.
Refleks
Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak
dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin
akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
2.
Refleks
Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan
bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.
B.
Mekanisne
hisapan bayi
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang
diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
1.
Refleksi
mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang
menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang
menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar
menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian
puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks mengisap (Sucking reflex)
Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang
payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini
tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka
sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak
kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi
hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit
dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan
bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik
lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang
puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum
durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir
ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang
dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
3.
Refleks
menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air
susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan
negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang
mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah
mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi
botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi
(tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga
yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan
bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan
susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting
(nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui
seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran
air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui
oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui
sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
4. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula
pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan
sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi,
juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
C.
Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,
dengan:
1.Memberikan bayi bersama ibunya segera
sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang
sehat pada ibu untuk mencegah
masalahumum
yang timbul.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali
memberi ASI.
D. Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan
waktu ke waktu, hal ini berdasarkan
stadium laktasi.
ASI
dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1. Kolustrum,
Kolustrum adalah
air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.Kolustrum
merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan.
Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,nitrogen, sel
darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,kolustrum
masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
2.
ASI
Transisi / Peralihan
ASI peralihan
adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak
hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosameningkat.
3.
ASI
Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan
seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
E.
Masalah-Masalah
dalam Pemberian ASI
1.
Masalah Menyusui Pada Ibu
1)
Payudara
Bengkak (Engorgement)
2)
Kelainan
Puting Susu
3)
Putting
Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
4)
Saluran
Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
5)
Radang
Payudara (Mastitis)
6)
Abses
Payudara
7)
Air
Susu Kurang
2.
Masalah Menyusui Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering
menangis, bingung puting, bayidengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus,
bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual
frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
a.
Bayi
Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan
buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang
paling sering karena kurang ASI.
b.
Bayi
Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula
dalam botol yang berganti-ganti.
c.
Bayi
dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh
kadarbilirubin dalam darah tinggi.
d.
Bayi
dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi
denganbibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit
keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun
bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat
melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
e.
Bayi
Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan
posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan,
bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin.
f.
Bayi
Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan
mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan
maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan
muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah
timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering
kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau
miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
g.
Bayi
dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk
“mengurut” puting dengan optimal.
h.
Bayi
yang Memerlukan Perawatan
Pada
saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya
ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka
ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga
perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jaringan
payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai ke 6 (Bergantung pada kostur).
Pada awal kehamilan, ukuran payudara dan pigmentasi Aerola meningakt Tuberkel
Montgomery membesar dan puting payudara menjadi tegak. Aliran darah ke payudara
berlipat dua sehingga pembuluh darah menjadi jelas, dan kulit mungkin tampak
seperti marmer tpaslusen.
Struktur
buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan lemak, cairan susu /
kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35 jam pertama setelah melahirkan
mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan tubuh. Laktasi adalah Proses
produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI merupakan suatu
interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam
hormon.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra.
Evulanda,
Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.
Kristiyanasari,
W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha medika.
Maryunani,
A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Roesli,
U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Wikipedia. Payudara. Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Payudara
diakses pada tanggal 19 Oktober 2013, pukul 13.00 WIB
Komentar
Posting Komentar