ADOLESCENCE


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah mengenai “Masalah Masa Anak Gadis Adolesence” dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Psikologi yang bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih  mudah memahami materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untuk dapat mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat memenuhi harapan kita semua.



                                                                        Yogyakarta, 17 Maret 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dengan selesainya masa pubertas (awal), masuklah anak kedalam periode kelanjutannya, yaitu masa pubertas akhir atau adolesen. Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa adolesen ini, di antaranya karena adolesen sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan social yang menyertai perkembangan industri pada anak ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat.
Setidaknya, hingga akhir abad ke-18, konsep adolesen belum digunakan untuk menunjukkan suatu periode tertentu dari kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak-anak dan masa dewasa. Masa adolesen ini oleh Sigmund Freud sebagai “edisi keduadari situasi oedipus”. Sebab, relasi anak muda terhadap usia ini masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan. Yaitu banyak konflik antara isi psikis yang kontra diktif, terutama pada relasi anak muda dengan orang tua dan objek cintanya.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian adolescence ?
2.      Bagaiman ciri-ciri perkembangan adolescence ?
3.      Bagaimana perubahan adolescence ?
4.      Masalah masa anak gadis adolescence ?
1.3.Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian Adolescence
2.      Mengetahui ciri – ciri Perkembangan Adolescence
3.      Mengetahui Perubahan Adolescence
4.      Mengetahui masalah masa anak gadis adolescence


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Adolesence
Adolesense berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 11–22 tahun.
        Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri

2.2.Ciri-ciri Perkembangan Adolescence
Bagi anak gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan aspek seksual yang terjadi selama masa puber memiliki ciri-ciri yang khas. Walaupun masing-masing anak dapat berbeda dalam perkembangannya tetapi umumnya ciri-ciri standart perkembangan tersebut adalah :
1.      Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun.
2.      Buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat
3.      Rambut di kemaluan mulai tumbuh
4.      Uterus, vagina, labia dan clitoris mulai membesar ukurannya
5.      Selanjutnya bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada semakin membesar
6.      Perkembangan secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun
7.      Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai dating

Setelah fase ini mereka akan dapat melakukan pembuahan (konsepsi) kira-kira setahun setelah menstruasi datang. Ketika pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya tubuh seorang anak gadis tumbuh secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih dulu. Lalu tungkai dan lengan. Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada kalanya ketika pertumbuhan ini sedang terjadi mereka tampak lucu dan ini kadang kala dapat membuatnya minder. Misalnya ukuran kaki yang tiba-tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya membantu mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya itu melalui informasi-informasi yang benar.

2.3.Perubahan-Perubahan Adolescence
Biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya:

1.      Cinta Diri
Cinta dan diri sediri, cinta bermakna perasaan puas pada diri seseorang, sehingga suatu atau yang dicintai akan mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di cintainya, mendapat penjagaan, diperlakukan secara istimewa, membayangkan keberadaannya, semua hal yang dilakukan karena cinta adalah demi menjaga keberadaan dan rasa puas yang dimiliki terhadap yang dicintai. Apabila yang dicintai berupa barang, maka barang tersebut tidak akan pernah dirusakan, cacat atau di rampas orang. Diri sendiri artinya bukan orang lain meliputi tubuh dan batin. Jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan batin, bagaimana seseorang mencintai di dirinya maka ia akan merawat tubuhnya, menjaganya, dan tidak akan membahayakannya.
      Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Ada 2 jenis Cinta Diri:
a)      Cinta Diri Positif
1)      Terdiri dari kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada orang lain.
2)      Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan
3)      Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap manusia lainya.
b)      Cinta Diri Negatif
Dimana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya.
           
2.      Fantasi Seksual
Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain, mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka (lawan jenis) di mata orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sehingga timbul yang di namakan rasa suka, ingin memiliki dan saling memuji. Bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan, maka tidak adanya hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini, akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.
      Gelora cinta anak gadis yang biasanya membadai itu tidak selalu ditujukan pada seorang obyek pribadi yang riil. Ada kalanya anak gadis mengarahkan obyek cintanya pada suatu obyek fantasi yang hanya ada dalam imaginasi (khayalan) sendiri. Ada kalanya gambaran khayalan obyek cinta itu didorong oleh ambisi yang terlalu besar dengan tuntutan persyaratan yang berat dan oleh dorongan ingin mendapatkan pengakuan terhadap kemampuannya. Sebagai akibat dari tuntunan ini, fantasi tersebut tidak pernah bisa dikonsentrasikan pada seorang pria saja. Sedang isi fantasi cintanya pada umumnya ditentukan oleh kultural tempat anak gadis tadi berada.
      Jika fantasi-fantasi cintanya itu tidak bersifat sosial atau ideologis, akan tetapi bersifat murni egosentris, maka realisasi dari fantasi tersebut biasanya akan menumbuhkan kekecewaan-kekecewaan pada dirinya. Sebab, seorang yang egosentris akan memandang dunia luar dari pandangan dan selera sendiri, menurut pengertian sendiri, juga dibatasi oleh perasaan dan fikirannya yang masih sempit. Ia sangat terpengaruh oleh akal budinya yang masih “cupet”, serta tidak mampu menyelami perasaan dan fikiran oranglain. Dia belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan batiniah oranglain atau partnernya. Selanjutnya egosentrisme tadi ada umumnya sifatnya naif, dan sangat terikat pada diri sendiri. Dengan sendirinya orang yang egosentris itu selalu mengutamakan kepentingan sendiri, melihat dunia luar dengan kacamata batin sendiri, sedang sifatnya kurang matang dan kurang mantap. Jika pola demikian ini terus menerus akan dilanjutkan, maka anak gadis tersebut tentu akan tertumbuk pada banyak kesulitan serta kekecewaan dikemudian harinya.
      Pada anak-anak gadis adolesens, unsur-unsur erotik itu lebih lama dihayatinya, jika dibandingkan dengan penghayatan anak laki-laki. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Fantasi-fantasi erotik pada anak laki-laki pada umumnya segera, dan disertai dengan proses-proses genital (genetalia = organ kelamin). Sebaliknya pada anak-anak gadis, mereka tidak begitu cepat mengerti bahwa alat kelaminnya itu juga merupakan alat pelaksana dari hasrat cintanya. Pada umumnya anak-anak gadis masih dapat membedakan antara-antara ketagangan psikis (oleh perasaan-perasaan psikis) dari ketegangan fisis sebagai akibat dari ketegangan pada organ kelaminnya, jika mereka melakukan masturbasi atau mengalami orgasme.
      Marilah kita sejenak kembali pada kehidupan fantasi anak gadis adolesens. Fantasi itu bisa dianggap sebagai bayangan khayali bagi hari depan, yang ingin direalisasikan. Jadi, sifatnya positif. Tetapi ada kalanya pula fantasi itu dipakai sebagai alat untuk melarikan diri dari dunia kenyataan, dan untuk mengaingkari realitas. Maka terjadilah apa yang disebut orang sebagai Pseudologi. Menurut Fenichel, pseudologi itu merupakan satu metode khusus untuk memungkiri (verlochenen) realitas.
      Pada masa adolesense ini setiap realitas (keaktifan real, kegiatan nyata) yang bisa memenuhi atau memuaskan keinginan–keinginan seksual, memang bisa merupakan bahaya bagi dirinya. Maka sebagai penggantinya ia melakukan repressi (menekan kedalam, mengendalikan) yaitu menekan gejolak – gejolak seksual dan ditransformasikan dalam bentuk fantasi atau pseudologi. Hal ini merupakan satu cara untuk melarikan diri dari dunia kenyataan sekarang ialah dengan cara memindahkan realisasi pemenuhan keinginan seksual pada masa yang akan datang didalam fantasi–fantasinya. Ada sekelompok anak–anak gadis pada usia adolesense yang oleh rasa ketakutan merealisasikan dorongan seksualnya. Mereka berusaha mengatasi ketakutannya dengan melakukan “ intervensi seksual aktif “ yaitu berlaku sok berani dan sok tau, didorong oleh rasa ingin tahu karena merasa dirinya sudah dewasa. Akan tetapi pada akhirnya justru malah menekan dan menindih berat jiwa mereka.

3.      Multiple Personality
Kepribadian ganda atau multiple personality. Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang  menghuni badan dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa, dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa.
      Sakit jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya, tertawa sendiri, menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa, kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi. Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa/batin yang keras dan lama. Penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama sekali.

4.      Psedoafektivitat
      Psedoaktivitat, dapat menimbulkan gejala-gejala neorologis dan patologis.ada juga gadis-gadis adolesense yang berbakat intelektual tinggi yang tidak mampu mengendalikan macam-macam identifikasi dan tidak mampu membatasi wilayah identifikasinya ia sangat mudah terpengaruh oleh sugesti dari luar, sehingga ia sulit mendapatkan keseimbangan batin. Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri sendiri dan lingkunganya. Contohnya adalah :
c)      Peristiwa kawin cerai berulang kali.
d)      Prostitusi/ pelacuran.
e)      Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas.
f)        Petualangan cinta (ganti-ganti pacar).

2.4.Masalah Masa Anak Gadis Adolesence
Ada beberapa masalah pada masa anak gadis adolescence, yaitu :
a)      Day dreaming
Kegiatan membayangkan adegan seksual tanpa batas dengan tujuan untuk mencapai kesenangan. Hal ini terkait dengan tingginya libido yang ditandai dengan tingginya dorongan seks dan frekuensi organisme.
b)      Rasa malu berlebihan
Rasa malu yang berlebihan akan menjadi masalah, karena menghambat kehidupan sosial seseorang dan bisa berdampak pada kemajuan dan kesuksesan seseorang. Jadi rasa malu pada malu ini harus egera ditangani, karena akan mempengaruhi kehidupan sih anak.

c)      Antagonisme sosial
Pada keadaan ini, gejolak emosional remaja sangat ekstrim sehingga menyulitkan remaja sendiri maupun lingkungannya. Sering terjadi konflik dengan orang tua dan teman sebaya.

d)      Antagonisme sex
Perasaan tidak senang atau menentang suatu yang berhungan dengan sex, yang diaplikasikan dalam sikap dan perilaku. Biasanya disebabkan trauma perkosaan.

e)      Kurang percaya diri
Perasaan menganggap terlalu rendah diri pada diri sendiri dan ia percaya tidak mempunyai kemampuan berarti.

f)        Sikap tidak tenang
Keadaan ketidakseimbangan emosi, yang manifestasinya kepada tingkah laku (gelisah, banyak tingkah, mudah berubah-ubah).

g)      Merasa bosan
Perasaan jenuh atau mengalami hal-hal yang sama berulang-ulang. Disebabkan oleh perubahan fisik dan psikis yang semakin berkembang

h)      Keinginan untuk menyendiri
Anak pada masa pubertas cenderung mengasingkan diri mana kala merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya atau minder

i)        Keseganan untuk bekerja
Tidak mau, tidak sudi atau rasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan


BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa adolesence adalah  masa perubahan anak-anak menuju kedewasa yang memiliki beberapa ciri-ciri perkembangan. Dalam masa adolesence ada beberapa perubahan yang terjadi yaitu cinta diri, psedoafektivitat, fantasi seksual dan multiple personality. Dalam masa ini ada beberapa masalah yang terjadi pada anak gadis, yaitu day dreaming, rasa malu yang berlebihan, antagonis sosial, antagonis seks, kurang percaya diri, sikap tidak tenang, meraa bosan, keinginan untuk menyendiri, dan keinginan untuk bekerja. Yang di mana itu harus segera di tangani karena akan menggangu masa adolesence .


Daftar Pustaka
DRS. Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003).

Desmita. Psikologi Perkembangan. ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)

Mansur, H., & Budiarti, T. 2013. Psikologi Ibu dan       Anak    untuk    Kebidanan. Jakarta: Salemba    Medika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ASAM BASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

EMPAT JENIS DAN CARA INJEKSI

MAKALAH PEMERIKSAAN PADA IBU HAMIL (HEAD TO TOE)